jalah petua (air tak berarus)

sekarang aku tidak harus menantang derasnya arus sungai untuk mencari ikan, hanya saja mungkin jarak perjalanannya juga cuma berbeda beberapa km. kendala lainnya adalah, jika dulu kami cuma mengambil ikan di sungai sekarang aku harus merawat ikan barulah kita bisa menangkapnya, itupun harus dalam jangka waktu yang agak lama. "lalu apa yang kami gunakan untuk makan ?"(pikirku)
entahlah, katanya "rizqi sudah ada yang mengatur" tapi kalau memang sudah ada yang mengatur ? kenapa aku masih tidak punya uang ? mungkin sebaiknya kita merubah konsep demikian karenaka isinya tidak begitu tepat bagi kalian yang  membacanya secara mentah-mentah dalam artian tidak mencernah dulu makna dari kalimat tadi.  Menurutku mungkin arti dari kata "rizki sudah ada yang ngatur" memang benar rizqi ada yang mengatur, tapi bukan berarti kita hanya menunggu tanpa berusaha akan mendapat rizki kan ?

akankah ada uang yang tiba2 turun dari langit ? dan lalu ditiap-tiap uang terdapat tulisan nama pemilik rizkinya benar gitu ? yang secara logika ya amat salah, jadi itulah guna otak yang diberikan Tuhan, yaitu untuk membuat kita berfikir demikian bahwa rizki itu diatur untuk manusia yang sudah mengerakkan pikirannya dan usahanya untuk mendapatkan rizki-nya masing-masing. dan yang mungkin dimaksud sudah diatur itu adalah takaran yang berbeda-beda bagi orang yang sudah berusaha dan bagi orang yang tidak berusaha, paham ?

okelah, kembali ketambak baru milik ayahku. sekarang aku harus belajar untuk merawat ikan-ikan,,, dan untunglah masih belum ada ikan dalam tambak itu, jadi aku punya sedikit lagi waktu untuk belajar agar ikannya tidak mati :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Denah Unesa Ketintang

Lambang atau logo SMA Negeri 1 Sidayu

Gerobak Sampah ( contoh cerpen b.indonesia << tugas sekolah minimal 700 kata )