petani dan mahasiswa

Saat aku menjadi maba (mahasiswa baru), aku dituntut untuk menghafalkan berbagaimacam lagu dan juga sumpah mahasiswa. sekarang mungkin aku sudah tidak hafal lagi, karena sudah lama, dan aku juga penghafal yang lemah.
beberapa lagu yang masih saya ingat bejudul buruh tani. ya menurutku lagu ini memiliki isi yang bagus, yaitu mendukung masyarakat ekonomi kelas menengah kebawa. mungkin itu lagu yang sudah lama diciptakan mungkin era 80 atau 90.an,, saya juga tidak pernah membaca sejarahnya walau mungkin bisa browsing di Internet.
terlepas dari itu semua, saya merasa judul lagu ini sudah relevan lagi dengan kondisi mahasiswa saat ini. saya pribadi sebagai mahasiswa melihat kenyataan bahwa HAMPIR TIDAK ADA MAHASISWA YANG INGIN JADI PETANI. Sekalipun mereka itu lulusan jurusan pertanian, saya yakin mereka tidak ingin memegang cangkul. mereka mungkin akan berfokus pada pengembangan benih unggul, tanaman tahan hama, teknik irigasi, teknik bercocok tanam dan lain-lain. dan tetap saja mereka tidak ingin jadi "petani yang menggarap sawah".

contohnya saja di desa saya, banyak orang tua yang menjual tanah (sawah) mereka untuk membiayahi kuliah anak mereka. lah kalau anak mereka jurusan pertanian, tanah siapa yang mau digarap ? atau apakah lulusan tersebut mau bekerja sebagai petani dibawah perintah pemilik sawah yang bahkan tidak tamat SMP ? gengsi ? tentu, saya juga pasti gengsi.
mereka akan berkata "sarjana koq jadi petani, mending gak usah sekolah, langsung jadi petani saja".

berkurangnya jumlah petani, berkurangnya jumlah manusia yang ingin jadi petani, dan berkurangnya lahan pertanian. padahal dulu Indonesia terkenal dengan agriculture.nya.
semakin kedepan saya yakin jumlah petani akan berkurang, jumlah lahan akan semakin berkurang dan diurug untuk dijadikan villa, rumah, industri, dan lainnya. Buruh tani sangat berpotensi akan digantikan dengan tenaga mesin.
lagu buruh tani pun lama ke lamaan tidak cocok lagi dengan kondisi saat semua itu terjadi.