jalah petua (peduli)

aku memperhatikan temanku yang kebetulan sedang berjalan searah dengan arah pulangku ke rumah. entah apa yang dia lakukan, namun tindakanku ini seolah-olah membuntuti dia padahal diriku yang seharusnya dia buntuti. ku perhatikan dia betul dan ternyata dia membawa sebuah plastik hitam. aku mempercepat langkahku dan berharap dapat mengejarnya, dan memang aku berhasil melakukannya.
"hey, apa yang kau bawa itu ?" tanyaku pada teman sekelasku itu
"apa pedulimu ?" jawabnya dengan wajah sinis yang sudah menjadi ciri khasnya. aku terus berjalan bersamanya berharap aku dapat mengetahui isi plastik itu sebelum aku sampai di rumahku.
"bukankah kau jarang berjalan kearah sini ?" tanyaku lagi dan berharap dia merespon dengan lebih lembut dari jawabannya yang tadi.
"ya" jawabnya enteng. akupun dibingangkan dengan jawabanya yang sangatlah singkat tadi. namun kelihatannya kami akan berjalan ke tujuan yang berbeda karena aku sudah sampai rumahku. sejanak ku lihat dia tidak peduli aku sudah sampai rumah atau tidak, namun entah kenapa tiba-tiba ia berjalan menuju arahku dan bertanya
"hey, bukankah kau tinggal di sekitar sini ?" dan aku menjawab dengan santai sambil melepas sepatu ku dan bau semerbakpun muncul dari dalam sepatuku.
"ya" jawabku enteng menirukan gaya dia menjawab tadi.
"maaf atas sikapku tadi, namun sekarang boleh kah aku bertanya dimana rumah pak Nur ?" mendengar pertanyaan tadi aku sedikit tersentak.
"apa kau yakin ? kemarin beliau sudah wafat" mendengar jawaban itu temanku tadi juga tersentak namun wajahnya terlihat menjadi lebih buruk dari biasanya. entah kenapa dia berhenti bicara dan tampak dia seperti orang yang sedang menangisi sesuatu ?
sebenarnya dari mimik wajahnya aku sudah tau bahwa dia pasti memiliki hubungan dengan kakek tersebut. ku kuatkan diri untuk bertanya.
"ada apa kawan ?" dia seperti mau menjawab namun tidak bisa karena emosi telah membuat gigi-giginya tidak dapat terangkat. sejenak itu ia memberiku kantong plastik hitam tadi, dan isinya adalah beberap obat-obatan.

"beberapa waktu yang lalu, aku pergi ke pasar untuk membeli obat untuk ibuku yang sakit. namun entah mengapa aku kehilangan uangku. aku menangis dipinggiran pasar, lalu datang seorang kekek yang membantuku dan membelikan obat, orang-orang di pasar bilang ia tinggal di desa ini.......
lalu kudengar ia sedang sakit... dan...." mendengar hal tersebut aku tak mengerti bagaimana keadilan itu terjadi, aku tak mengerti bagaimana jika aku adalah kakek itu, dan aku masih menyempatkan diri untuk memikirkan orang yang sebenarnya tak lebih membutuhkan dari kita

sejak kapan kita mengerti ? sejak kapan kita faham ? sejak dulu bukankah seperti itu ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Denah Unesa Ketintang

Lambang atau logo SMA Negeri 1 Sidayu

Gerobak Sampah ( contoh cerpen b.indonesia << tugas sekolah minimal 700 kata )